☻ E x p e r i e n c e _ A n d _ K n o w l e d g e ☻

Nyeri Perut


 






Kebiasaan menjadi ’’dokter’’ bagi diri sendiri sebagai-mana digambarkan di atas, yakni ’’mendiagnosis’’ penyakit lalu menentukan obatnya, amat berisiko. Terutama jika ternyata nyeri dan sakit yang dirasakan diakibatkan oleh penyakit serius.
Nyeri perut merupakan bagian dari gangguan pada perut, yakni kelainan pada saluran pencernaan atas atau bawah. Saluran pencernaan bagian atas dari rongga mulut sampai usus dua belas jari, sedangkan bawah mulai usus dua belas jari hingga dubur atau anus.
Gejala klinis pada gangguan saluran percernaan atas dan bawah agak berbeda. Pada pencernaan bagian atas biasanya berupa nyeri dan tak nyaman pada ulu hati, mual, muntah, kembung, cepat kenyang, sendawa, serta nafsu makan menurun.
Gangguan pada pencernaan bagian bawah ditandai oleh gejala antara lain nyeri perut, kembung di sekitar pusat atau perut bawah, perut terasa membesar, buang angin berlebih atau kurang (normal 10-20 kali/hari), diare, dan smbelit atau susah buang air besar.


Penyebab nyeri perut, menurut dokter Ari Fahrial Syam, SpPD, KGEH, MMB dari Divisi Gastroenterologi Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI/RSCM, berbeda-beda bergantung pada lokasi nyeri tersebut cenderung dirasakan.

Nyeri di ulu hati disebabkan oleh radang pankreas, tukak lambung, tukak usus dua belas jari, radang kandung empedu, kanker pankreas, hepatitis, radang paru, dan bisa juga diakibatkan oleh serangan penyakit jantung.

Jika nyeri itu terjadi di perut kanan atas, penyebabnya adalah tadang kandung empedu, hepatitis, radang pankreas, atau radang paru. Penyebab nyeri perut kiri atas terutama adalah nyeri pada limpa karena limpoma.


Kalau lokasi nyerinya di sekitar pusar, bisa disebabkan oleh radang pankreas, kanker pankreas, sumbatan pada usus halus, aneurisme aorta, atau gejala awal usus buntu. Pada perut tengah kiri dan kanan karena baru ginjal, infeksi ginjal, abses sekitar ginjal, serta radang atau kanker usus besar.


Nyeri di bagian perut bawah disebabkan oleh penyakit di daerah usus besar, usus buntu jika terasa di sebelah kanan, penyakit divertikulosis kalau di sisi kiri, infeksi ginetalia interna, radang kandung kemih, kista ovarium, atau kehamilan ektopik.


Penyebab gangguan saluran pencernaan bagian bawah cukup banyak. Di antaranya adalah infeksi usus besar dan halus (enterokolitis), radang usus noninfeksi atau Inflammatory Bowel Disease (IBD), serta sindrom usus sensitif atau Irritable Bowel Syndrome (IBS).


Di samping itu, bisa pula disebabkan oleh sumbatan pada usus, divertikulosis usus, penyakit vaskuler atau pembuluh darah, tumor usus, serta sindrom malabsorbsi atau gangguan penyerapan zat-zat makanan yang telah melewati proses pencernaan.


Sindrom malabsorbsi berhubungan erat dengan enzim, yakni suatu protein yang dibutuhkan tubuh untuk memecah makanan sehingga menjadi bagian yang bersifat lebih mudah diserap oleh dinding usus bagian dalam.

Enzim Dalam tubuh manusia ada enzim-enzim utama yang membantu proses pencernaan makanan. Amylase memecah amylum atau karbohidrat, laktase mengurai laktosa, serta lipase memecah lemak atau lipid di usus halus menjadi gliserol dan asam lemak.

Di lambung ada pepsin yang memecah protein. Di pankreas ada enzim tripsin dan kimotripsin yang juga memecah protein. Gangguan atas satu atau lebih enzim tersebut bermuara pada sindrom malabsorbsi atau gangguan penyerapan zat-zat makanan.


Di samping malabsorbsi, gangguan enzim yang bisa untuk satu atau kombinasi beberapa zat gizi akan menimbulkan maldigesti atau gangguan pencernaan. Data di RSCM Jakarta (2002) maldigesti karbohidrat menjadi penyebab utama diare kronik noninfeksi, yakni 60% dari seluruh kasus.


Gangguan enzim bisa terjadi karena genetik atau sifat yang diturunkan dari orang tua, gangguan pada pankreas baik berupa pankreatitis kronis maupun kanker, serta usia. Makin bertambah usia produksi enzim akan kian menurun.

Sindrom malabsorbsi ditunjukkan oleh gejala-gejala berupa kembung, nafsu makan menurun, diare, perus terasa tidak nyaman, serta suara usus meningkat.

Mencermati paparan di atas bisa disimpulkan bahwa banyak sekali kemungkinan penyebab rasa sakit atau nyeri pada perut. Agar penanganan dan pengobatannya tepat, disarankan penderita menghubungi dokter, bukan menjadi ’’dokter’’ sekaligus ’’apoteker’’ bagi diri sendiri.


Untuk mengetahui ujung pangkal nyeri perut, dokter perlu menempuh beberapa langkah. Pertama, wawancara dengan penderita mengenai keluhan yang dirasakan, riwayat penyakit sebelumnya, gejala atau tanda-tanda, dan sebagainya.


Kedua, pemeriksaan fisik. Penderita akan diperiksa keadaan fisiknya untuk mengambil  kesimpulan apalah sebenarnya ujung pangkal atau penyebab nyeri dan sakit pada perut tersebut.


Ketiga, pemeriksaan laboratorium untuk memastikan. Biasanya yang diperiksa adalah feses atau tinja, apakah ditemukan lemak, protein, atau karbohidrat. Di samping itu, ada pemeriksaan enzim darah jika ada dugaan berhubungan erat dengan gangguan enzim.


Setelah memastikan penyebabnya, dokter selanjutnya menentukan pengobatan dan perawatan. Antara lain si penderita nyeri perut disarankan menjalankan diet dengan mengurangi makanan yang mengandung lemak, cokelat, atau keju.

Selain itu, ada obat antibiotik jika si penderita ternyata mengalami infeksi pada slah satu atau lebih bagian saluran pencernaannya. Kalau ternyata berkait erat dengan gangguan enzim dan malabsorbsi, ada suplemen enzim ditambah vitamin dan mineral sebagai peningkat daya tahan tubuh.

Hingga kini masalah pencernaan masih sering dijumpai di masyarakat. Dari yang ringan berupa sebah atau mual hingga yang berat berupa tukak lambung atau infeksi yang terjadi pada saluran pencernaan bagian atas atau bawah.

Gejala atau tanda-tanda yang ditimbulkan bergantung pada organ yang kena infeksi atau gangguan, sehingga masyarakat diimbau ridak menyimpulkan sendiri atas sakit yang diderita. Wawancara dengan dokter secara teliti mengarahkan ke penyebabnya.

Data di berbagai rumah sakit menunjukkan penyebab terbanyak diare kronik adalah gangguan penyerapan zat makanan yang telah mengalami proses pencernaan atau disebut sebagai malabsorbsi. Biasanya berhubungan dengan enzim sehingga suplementasi enzim berperan penting. (Bambang Tri Subeno-13) 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar